Membara! Pagi Ini Saham Batu Bara Melesat Berjamaah

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten-emiten batu bara kembali menguat ke zona hijau pada awal perdagangan hari ini, Jumat (29/10/2021), usai cenderung mengalami pelemahan dalam beberapa hari terakhir.

Berikut penguatan saham batu bara, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.45 WIB.

  1. Alfa Energi Investama (FIRE), saham +3,60%, ke Rp 575/saham

  2. United Tractors (UNTR), +2,72%, ke Rp 23.625/saham

  3. Mitrabara Adiperdana (MBAP), +2,27%, ke Rp 3.600/saham

  4. Delta Dunia Makmur (DOID), +2,04%, ke Rp 300/saham

  5. Resource Alam Indonesia (KKGI), +1,88%, ke Rp 326/saham

  6. Adaro Energy (ADRO), +1,84%, ke Rp 1.660/saham

  7. Bumi Resources (BUMI), +1,41%, ke Rp 72/saham

  8. Perdana Karya Perkasa (PKPK), +1,39%, ke Rp 146/saham

  9. Harum Energy (HRUM), +1,29%, ke Rp 7.850/saham

  10. Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), +1,12%, ke Rp 90/saham

  11. Golden Eagle Energy (SMMT), +0,93%, ke Rp 216/saham

  12. Bukit Asam (PTBA), +0,76%, ke Rp 2.660/saham

  13. Indika Energy (INDY), +0,55%, ke Rp 1.820/saham

  14. Bayan Resources (BYAN), +0,09%, ke Rp 26.535/saham

Menurut data di atas, saham FIRE melesat 3,60%, tertinggi di antara yang lainnya. Saham FIRE berhasil keluar dari tren pelemahan selama 6 hari beruntun. Dalam sepekan saham ini masih melemah 4,17% dan dalam sebulan turun 1,71%.

Kedua, ada saham Grup Astra UNTR yang terapresiasi 2,72% ke Rp 23.625/saham, rebound dari anjlok 6,12% pada perdagangan kemarin. Dalam sepekan saham UNTR masih melemah 0,32% dan dalam sebulan terdepresiasi 9,13%.

Di bawah saham UNTR, ada saham MBAP yang naik 2,27%, usai terkoreksi dalam 2 hari terakhir. Dalam sepekan saham ini melemah 1,65% dan dalam sebulan anjlok 9,60%.

Keempat, saham DOID yang menguat 2,04%, berbalik dari koreksi pada Rabu dan Kamis lalu.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) berada di US$ 172,35/ton. Anjlok 5,9% dari posisi Rabu dan menjadi yang terendah sejak 1 September 2021.

Aksi ambil untung (profit taking) sepertinya masih menjadi penyebab koreksi harga si batu hitam. Meski ambles dalam beberapa hari terakhir, harga batu bara masih membukukan kenaikan 6,52% dalam sebulan terakhir secara point-to-point. Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga masih naik 199,89%.

So, tidak heran profit taking akan selalu menjadi risiko yang menghantui harga batu bara. Maklum, cuan yang didapat memang tidak ngadi-ngadi.

Selain itu, pemerintah China terus menggencarkan upaya untuk mengendalikan harga batu bara. Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) sedang mempelajari upaya intervensi yang efektif untuk mengontrol harga.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah menggerebek lokasi yang ditengarai sebagai tempat penimbunan batu bara ilegal. Menurut NDRC, banyak tempat seperti itu di wilayah-wilayah penghasil batu bara utama seperti Provinsi Shaanxi dan Inner Mongolia.

NDRC bersumpah akan memburu berbagai aktivitas ilegal demi keuntungan pribadi seperti penimbunan. Oleh karena itu, pemerintah akan terus melakukan penutupan terhadap lokasi penyimpanan batu bara ilegal.

China memang sangat merasakan dampak lonjakan harga batu bara. Sekitar 60% pembangkit listrik di Negeri Tirai Bambu menggunakan batu bara sebagai sumber energi primer. Mahalnya harga dan menipisnya pasokan membuat sejumlah wilayah di China terpaksa melakukan pemadaman listrik bergilir.

Share this Post